“Sang Buddha berkata kepada Bodhisatwa Akṣayamati: ‘Wahai putra dari keluarga yang berbudi luhur! Jika ada suatu negeri di mana makhluk hidup akan diselamatkan melalui wujud seorang Buddha, Bodhisatwa Avalokiteśvara mengajarkan Dharma dengan mengubah diri-Nya ke dalam wujud seorang Buddha. […] Bagi mereka yang akan diselamatkan melalui wujud seorang perumah tangga, Dia mengajarkan Dharma dengan mengubah diri-Nya ke dalam wujud seorang perumah tangga. Bagi mereka yang akan diselamatkan melalui wujud seorang pejabat negara, Dia mengajarkan Dharma dengan mengubah diri-Nya ke dalam wujud seorang pejabat negara. Bagi mereka yang akan diselamatkan melalui seorang brahmana, Dia mengajarkan Dharma dengan mengubah diri-Nya ke dalam wujud seorang brahmana. Bagi mereka yang akan diselamatkan melalui wujud seorang biksu, biksuni, umat awam laki-laki atau perempuan, Dia mengajarkan Dharma dengan mengubah diri-Nya ke dalam wujud seorang biksu, biksuni, umat awam laki-laki atau perempuan, Bagi mereka yang akan diselamatkan melalui wujud seorang istri dari pria kaya, perumah tangga, pejabat negara, atau brahmana, Dia mengajarkan Dharma dengan mengubah diri-Nya ke dalam wujud istri seperti itu. Bagi mereka yang akan diselamatkan melalui wujud seorang anak laki-laki atau perempuan, Dia mengajarkan Dharma dengan mengubah diri-Nya ke dalam wujud seorang anak laki-laki atau perempuan.’” ~ Kutipan dari Sutra Teratai, Bab 25
Dan bahkan dengan makan satu kali sehari tidak berarti Anda akan menjadi seorang Buddha karena hal itu. Jika seperti itu, maka banyak orang yang kelaparan akan menjadi lebih tinggi daripada Buddha. Anda harus murni, tulus di dalam hati. Dan jika Anda telah menjadi Buddha sejak ribuan, miliaran, triliunan, atau tak terhitung kalpa lamanya, maka terkadang Anda dapat memanifestasikan diri sebagai seorang wanita, atau sebagai pria, sebagai biksu, atau sebagai biksuni, atau sebagai orang biasa, atau sebagai pengusaha pria, pengusaha wanita, dan banyak posisi lainnya. Jadi, tidak masalah jika Anda seorang perempuan, Anda tetap bisa menjadi seorang Buddha.Saya jamin itu. Karena cukup banyak dari yang saya sebut sebagai murid-murid saya, murid-murid Tuhan, di kelompok saya, mereka telah menjadi Buddha. Beberapa masih hidup. Orang-orang yang masih hidup, saya tidak ingin menyebutkan karena mereka mungkin akan dirusak oleh orang lain yang datang dan menggembungkan ego mereka dan membuat mereka jatuh. Itu mudah. Sangat mudah untuk jatuh di dunia ini.Bahkan... Ingatlah kisah biksu Guang Qin. Dia datang langsung dari Tanah Buddha Amitabha 600 kehidupan sebelum reinkarnasi terakhirnya di planet ini. Dia masih membuat banyak kesalahan. Dia dapat melihatnya setelah Dia kembali dari Tanah Buddha Amitabha. Dia menceritakan ke orang-orang tentang kesalahan-kesalahan-Nya, berbagai pelanggaran-Nya, semua kehidupan dari 600 kehidupan yang telah Dia jalani di planet ini sebagai manusia, dan terakhir kali Dia menjadi seorang biksu.Sangat mudah untuk jatuh, karena tak ada seorang pun di sekitar Anda yang bisa memberi tahu Anda mana yang benar dan mana yang salah. Karena seluruh masyarakat, menurut Taoisme, adalah sebuah bak pewarnaan yang besar. Jadi semua orang melompat ke dalam bak pewarnaan. Ibaratnya, jika dunia kita adalah sebuah bak pewarnaan, maka kita juga akan memiliki warna yang sama. Sangat sulit bagi Anda, tumbuh sebagai seorang anak kecil kemudian sebagai seorang remaja, kemudian menjadi seorang pria dan pria lansia. Kita begitu mudah melakukan kesalahan, melakukan kesalahan sepanjang waktu, sepanjang waktu. Hanya orang yang beruntung, mungkin sejak usia muda, bertemu dengan seorang Guru yang baik, mengajarinya untuk menjadi baik dan mengawasinya serta memberitahunya, terus mengingatkannya untuk menjadi baik. Kemudian orang itu mungkin bisa tetap mantap dan stabil di masyarakat ini, di dunia ini, untuk terus menjadi baik dan berbuat baik, kemudian berlatih secara spiritual hingga mencapai Kebuddhaan.Photo Caption: Kesegaran, Stabilitas, Ruang Kebebasan, Berharga!Keperempuanan yang Ditinggikan, Bagian 2 dari 20
2024-11-25
Details
Unduh Docx
Baca Lebih Lajut
Kita juga memiliki banyak Buddha perempuan. Dalam kelompok saya, setidaknya ada dua murid penetap, biarawati, yang telah mencapai Kebuddhaan. Mereka sudah meninggal dunia. Dan kami punya foto-foto mereka di New Land Ashram kami, sehingga beberapa orang dapat memilikinya, dapat melihatnya, untuk mengingatkan diri mereka bahwa perempuan juga bisa menjadi Buddha jika Anda memiliki metode yang benar untuk berlatih spiritual. Karena jika Anda tidak punya metode yang benar secara spiritual, maka seperti yang dikatakan oleh Guru Zen dari Tiongkok (Nanyue Huairang), “Anda tak bisa memoles batu bata untuk membuatnya menjadi cermin.” Dan Dia mengatakan hal itu kepada sekelompok biksu, makhluk laki-laki, manusia laki-laki, bukan perempuan. Pada saat itu dan bahkan saat ini, untuk menjadi seorang biksuni, biksuni sejati, juga sulit, belum berbicara tentang mencapai Kebuddhaan jika Anda tidak memiliki metode sejati. Selain itu, Anda juga harus mendapat persetujuan dari keluarga, suami, atau bahkan anak laki-laki Anda.Jadi, menjadi perempuan di dunia ini tidak sepenuhnya menguntungkan. Di beberapa masyarakat atau suku yang lebih kecil, atau masyarakat adat kecil, kita punya sistem matriarkal dengan perempuan sebagai kepala rumah tangga, atau kepala dari banyak hal dalam masyarakat. Dan saat ini, untungnya perempuan dapat memiliki banyak posisi tinggi, bahkan presiden, perdana menteri, atau menteri di berbagai departemen – menteri luar negeri, menteri dalam negeri, dll., dll., atau CEO perusahaan besar. Atau artis terkenal, ilmuwan terkenal, dokter terkenal, terkenal dalam banyak hal, berbagai macam. Puji syukur kepada Tuhan bahwa kita sebagai manusia berevolusi dan masyarakat kita juga telah berevolusi dan mengakui wanita sebagai makhluk yang sangat, sangat terhormat di planet ini. Puji syukur kepada Tuhan atas hal itu.Dan sekarang saya kembali untuk meyakinkan Anda bahwa perempuan bisa menjadi Buddha – Saya sudah bilang bahwa saya telah menjadi Bodhisatwa Quan Yin sebagai perempuan berkali-kali. Dan dalam agama Buddha, seperti Bhaddā, istri dari Mahākāśyapa, Dia juga menjadi Arahat. Dan Đại Thế Chí Bồ Tát juga seorang perempuan. Mereka masih berada di Tanah Buddha Amitābha. Mereka hanya mempertahankan esensi perempuan, tetapi Mereka tidak harus menjadi perempuan atau laki-laki. Mereka bisa menjadi apa pun yang Mereka inginkan. Mereka adalah para Buddha. Dan banyak perempuan zaman sekarang, mereka juga menjadi Master/Guru. Entah Ibu Pemeluk, Orang Suci Pemeluk di India; banyak dari mereka.Dan Paramahamsa Yogananda bahkan pernah mengunjungi Orang Suci, seorang perempuan biasa, seperti semua perempuan lainnya, tetapi Dia adalah Orang Suci. Namanya adalah Therese Neumann. Setiap hari Jumat, Dia berdarah dari luka-luka di tangan dan kaki, seperti Tuhan Yesus. Dia memerankan kembali, menghidupkan kembali adegan Tuhan Yesus ketika Dia dilecehkan, dibunuh, atau dipaku di kayu salib. Tuhan Yesus yang malang. Setiap kali saya memikirkan hal itu, hati saya terasa sangat sakit. Oh Tuhan, dan begitu banyak Guru juga disiksa seperti itu, dan lebih buruk lagi. Oh, mari tidak membicarakan hal itu.Jadi, bahkan setelah menjadi Buddha, Shakyamuni Buddha juga menghadapi upaya pembunuhan, beberapa kali. Dan suatu kali, jari kaki-Nya bahkan terpotong oleh batu besar gara-gara Devadatta, sepupu-Nya bahkan, dan seorang biksu! Devadatta adalah seorang biksu, dan dia bahkan menegakkan peraturan yang lebih ketat untuk para biksu, bahkan lebih ketat daripada Buddha! Misalnya, Buddha Shakyamuni mengizinkan para biksu untuk minum jus di sore hari. Biasanya, mereka hanya makan pada waktu makan siang. Namun setelah itu, Sang Buddha mengizinkan para biksu-Nya untuk minum jus di sore hari, jika ada jus yang tersedia. Dan Dia juga mengizinkan para biksu-Nya untuk makan kapan saja ketika para biksu sedang dalam perjalanan, karena mereka tidak tahu kapan mereka akan makan lagi. Ini tidak seperti mereka berada di tempat tinggal tetap kemudian mereka pergi tepat waktu, makan tepat waktu dan kembali tepat waktu. Jadi Buddha sangatlah liberal. Alasan mereka hanya makan satu kali adalah karena mereka tidak bisa terus mengemis sepanjang hari.Tapi itu tidak berarti jika Anda makan satu kali sehari, maka Anda akan menjadi Buddha. Tidak seperti itu. Jadi ini juga salah satu konsep yang salah. Jadi, jika beberapa orang melihat seorang biksu sedikit gemuk dan bulat dan cukup makan, dan mereka berpikir bahwa biksu ini “tidak berlatih dengan baik,” tidak seperti itu. Dan jika seorang biksu yang hanya makan sekali sehari terlihat seperti kerangka, maka dia pasti “sangat suci” – tidak seperti itu. Tidak seperti itu. Tentu saja, jika Anda tidak menjadi terlalu rakus dengan makanan dan sebagainya, maka akan sangat baik untuk memiliki disiplin. Tapi bukan karena itu Anda menjadi Buddha! Tidak, tidak.Anda ingat dalam agama Buddha, pada suatu waktu, dan masih sampai sekarang, mereka membuat patung Buddha Maitreya yang sangat gemuk, dengan perut buncit dan tas besar di samping-Nya. Dan tasnya penuh dengan mainan anak-anak dan beberapa barang untuk diberikan kepada anak-anak, saya kira. Tapi Dia adalah Buddha Maitreya yang bereinkarnasi. Dan Dia tahu bahwa orang-orang tidak percaya bahwa Dia adalah Buddha Maitreya, jadi Dia tidak pernah memberitahukannya hingga saat Dia naik ke Nirwana. Sebelum itu, Dia menulis sebuah puisi yang mengatakan ke orang-orang, “Sungguh, Aku adalah Buddha Maitreya.” Memberi tahu orang-orang di dunia bahwa Anda adalah seorang Buddha atau Anda adalah Kristus sama saja dengan mengundang masalah... atau salib. Semua kehidupan para Guru terdiri dari kesulitan, penderitaan, dan terkadang kehilangan nyawa Mereka juga.Para Buddha bisa laki-laki atau perempuan, tergantung. Jika Buddha itu datang dari tingkat yang lebih tinggi, Mereka terkadang dapat mengubah Diri Mereka menjadi laki-laki atau perempuan, tergantung. Seperti halnya Bodhisatwa Quan Yin. Bahkan Sang Buddha mengatakan bahwa Dia dapat menjelma menjadi wujud perempuan atau laki-laki atau berbagai macam gelar atau posisi untuk membantu dunia.